Home » » Abu Nuwas Mengelak Hukuman Mati

Abu Nuwas Mengelak Hukuman Mati

Written By telaah santri on Friday, June 19, 2015 | 9:02 AM

Kelihaian Abu Nuwas Mengelak Hukuman Mati

Kelihaian Abu Nuwas Mengelak Hukuman Mati

Banyak beredar anggapan bahwa Abu Nuwas (atau Abu Nawas menurut panggilan kaum awam) adalah seorang ulama sufi. Yang benar, dia adalah seorang penyair yang sangat handal. Syair-syairnya menduduki kelas tertinggi dari segi kualitas. Karena kepenyairannya itulah maka dia dekat dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid. Sang Khalifah sering meminta dia untuk menghibur dengan berbagai senandung syair atau mengekspresikan peristiwa-peristiwa yang dialami Sang Khalifah melalui bait-bait syair yang indah.

Tetapi sayang, justru dengan kepiawaiannya bersyair itu, Abu Nuwas menjalani hidup yang sembrono. Dia suka menenggak khamar (minuman keras). Banyak syairnya menyangkut kebiasaannya ini, atau bercerita tentang khamar itu sendiri dengan segala kenikmatannya. Untunglah di akhir hayatnya Abu Nuwas sempat bertobat.

Dia kerap dipandang orang tidak serius, serampangan dan suka berkelakar. Tapi, dia juga dikenal pandai bersilat lidah, termasuk membela posisinya yang bersandar pada ampunan Allah. Untuk yang satu ini dia tak segan-segan mengutip ayat Al-Quran atau hadits Nabi.

Suatu kali Khalifah Harun Ar Rasyid mengeluarkan perintah untuk menghukum mati Abu Nuwas. Maka Abu Nuwas pun lalu dihadapkan pada Sang Khalifah. "Apakah baginda hendak membunuhku karena menuruti nafsu?" tanya Abu Nuwas, yang nama aslinya adalah Al-Hasan bin Hani' "Tidak, tapi karena kamu memang pantas dihukum mati," jawab Khalifah.
"Apa yang membuat saya pantas dihukum mati?" tanya Abu Nuwas.
"Karena kata-katamu," ungkap Khalifah sembari mengutip bait syair Abu Nawas:

Wahai, berilah aku minum khamar 
Dan katakan padaku itu khamar 
Jangan kau minumi aku dengan sembunyi
Kalau bisa dengan terang-terangan

"Amiral Mu'minin, apakah baginda tahu ada orang yang memberi saya minum khamar dan saya meminumnya?" Abu Nuwas berkilah.
"Saya cuma menduga hal itu (terjadi)," kata Khalifah.
"Amiral Mu'minin, apakah baginda hendak membunuhku berdasarkan dugaan padahal Allah telah berfirman, 'Sungguh, sebagian dugaan itu dosa." (Al-Hujurat: 12)

Harun berkata kembali, "Engkau telah mengatakan sesuatu yang membuatmu pantas dihukum mati." "Apa itu?"
"Kata-katamu," dan Khalifah mengutip bait syair Abu Nuwas yang berbunyi:

Tidak seorangpun sejak mati datang pada kita 
mengabarkan jasadnya di sorga atau di neraka

Abu Nuwas bertanya, "Amiral Mu'minin, apakah ada orang yang datang pada kita (setelah dia mati)?"
"Tidak ada."
"Apakah baginda akan membunuh saya lantaran saya berkata benar?"

Khalifah berkata kembali, "Bukankah kamu pernah berkata," sambil mengutip syair Abu Nuwas:

Wahai Ahmad sang andalan
Pada tiap-tiap bencana
Bangkitlah tuan, mari maksiat
Pada Sang Pemaksa langit-langit

Syair ini telah membuat banyak ulama marah kepada Abu Nuwas. Mereka menghukumi Abu Nuwas kafir alias murtad, dan halal darahnya. Mereka pun melaporkannya pada Khalifah Harun Ar- Rasyid. Apa jawaban Abu Nuwas?

"Ya Amiral Mu'minin, apakah perkataan itu telah (direalisir) menjadi perbuatan?"
"Aku tidak tahu."
"Apakah baginda akan membunuhku atas dasar sesuatu yang baginda tidak tahu?"
"Baik, lupakan itu semua. Dalam banyak syairmu engkau mengaku telah berzina," ujar Khalifah. Ini berarti dia layak dihukum mati atas perbuatannya itu.

Bagaimana Abu Nuwas mengelak perihal yang satu ini?
"Sebenarnya Allah telah mengetahui satu hal sebelum Amirul Mu'minin mengetahuinya, yaitu pada firman-Nya, 'Dan para penyair, mereka diikuti oleh orang-orang sesat. Tidakkah kamu tahu bahwa mereka berjalan di lembah-lembah, dan bahwa mereka mengatakan apa yang tidak mereka lakukan?' " (Asy-Syu'ara':224)

Sang Khalifah kehabisan kata-kata. "Bebaskan dia," katanya kepada para algojonya.

Semoga bermanfaat dan terhibur. Aamiin.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

 
Support : Privacy Policy | Disclaimer
Copyright © 2013. kajian islam - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger