Cara Makan dan Penyajian Ala Rasulullah SAW
Rasulullah Saw. selalu mempunyai perhatian yang detailnya terhadap sesuatu. Sampai saat ini, belum ada satu orang pun yang bisa menandingi cara beliau yang detail terhadap sesuatu. Inilah salah satu bukti dari detailnya beliau terhadap hal yang berhubungan dengan makanan. Misalnya, kita bisa lihat dalam cara penyajian dan cara makan, beliau mempunyai prinsip tersendiri. Hal ini tidak dilakukan sembarangan, tetapi melalui sebuah penemuan, sehingga yang dilakukan memiliki tiga unsur penting yakni, kesehatan, kenyamanan, dan kemanfaatan.
Sekarang, kita akan masuk pada tata cara mengkonsumsi makanan atau dalam istilah kita biasa dilakukan oleh pramusaji yang mestinya menjadi kewajiban setiap kita. Akan tetapi, dunia kuliner modern menjadikannya serba manja sehingga keterlibatan diri sendiri sebagai manusia telah diganti oleh orang lain. Hal ini tidak salah, namun mengurangi rasa syukur kita terhadap makan yang ada di depan kita, seolah kita mendapatkannya begitu instan dan mudah.
Selain itu, tidak kalah pentingnya dengan pemilihan menu. Sebab, setinggi apa pun gizinya, kalau pola dan cara konsumsinya tidak teratur, maka bisa berdampak buruk juga bagi tubuh kita. Dengan demikian, batas yang ditentukan oleh Rasulullah Saw. sangat jelas, yakni "berlebihan". Kata ini menjadi batas kita sekaligus jarak dengan makanan yang begitu banyak d depan kita. Dengan ini, kita akan terkendali agar tidak semua makanan masuk ke dalam tubuh kita, sedangkan tubuh tidak sepenuhnya siap untuk itu.
Oleh karena itu, tidak berlebihan dalam cara makan adalah cara untuk menyelamatkan kita semua dari berbagai penyakit yang selalu siaga menggerogoti. Akan tetapi, terkadang di antara kita terlalu terlena dengan masakan yang ada di depan kita dan tergoda sehingga tidak ada filter sama sekali agar terhindar dari berbagai penyakit yang mendera.
Rasulullah Saw. bersabda berkaitan dengan cara berlebihan dalam makan ini:
"Cukuplah bagi manusia untuk mengonsumsi beberapa suap makanan saja untuk menegakkan tulang sulbinya (rusuknya). (HR. Muslim).
Ada beberapa tata cara dan adab makan yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw., yang di dalamnya telah teruji dalam segala seginya, baik dari segi kesehatan maupun kenyamanannya. Maka jika kita sebagai umatnya menyia-nyiakan hal yang demikian itu, berarti kita telah menyia-nyiakan diri kita yang sangat berharga, yakni sehat dan nyaman.
Berikut adab tersebut:
1. Membaca basmalah
Apabila saat makan lupa membaca basmalah , kita bisa menggantinya dengan bacaan bismillahi awwaluhu wa akhirahuu.
2. Dengan sikap duduk
Selanjutnya, Rasulullah Saw. makan dengan sikap duduk yang baik, yaitu tegap dan tidak menyandar. Sebab, hal itu lebih baik bagi lambung, sehingga makanan turun dengan sempurna pada perut. Beliau telah melarang kita untuk makan sambil bersandar, sebagaimana sabdanya berikut:
"Rasulullah Saw. bersabda, 'Sesungguhnya, aku tidak makan dengan bersandar." (HR. Bukhari).
Dari poin pertama ini, masyarakat juga sudah banyak yang menerapkan pola makan tidak sehat, bukan hanya tidak mengindahkan prinsip kesehatan dan kenyamanan, tetapi juga hal yang bersifat ruhani. Misalnya, makan tanpa diawali dan diakhiri dengan doa, bahkan sambil berjalan. Selain itu, juga masih banyak yang tidak membiasakan mencuci tangan. Sementara itu, dunia medis modern menjelaskan bahwa cara makan yang baik adalah dengan cara duduk dan tenang. Hal ini memungkinkan tubuh mengarahkan energi menuju proses makanan yang sedang dicerna. Enzim pencernaan juga dapat bekerja dalam kondisi menyenangkan, dan mampu menampung asupan makan yang dikerahkan lewat pencernaan. Hal ini untuk lebih sempurnanya proses pencernaan, hendaklah disisihkan waktu setidaknya sepuluh menit untuk makan dalam suasana rileks, sambil kita terus-menerus memperbanyak dzikir, betapa nikmat Allah Swt. begitu besar kepada kita. Selain itu, ditinjau dari sisi adab, makan dengan cara duduk dan tidak terburu-buru, menunjukkan satu akhlak yang baik. Rasulullah Saw. telah memberikan contoh 14 abad silam, sebelum dunia kedokteran merilis bahwa makan harus duduk, tenang, dan tidak terburu-buru. Bahkan, mengajarkan untuk selalu dimulai dengan doa agar makanan yang kita makan mempunyai energi yang positif bagi diri dan tubuh kita. Rasulullah Saw. juga sangat mengutamakan kebersihan dan kenyamanan.
3. Mencuci tangan
Sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Mencuci tangan jelas merupakan prinsip kebersihan yang puncaknya pencapaian kesehatan bagi diri kita. Mencuci tangan bukan hanya sebagai sebuah seremonial, melainkan sebagai sebuah tuntunan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan kita. Selain itu, dimaksudkan karena dalam setiap aktivitas, tangan adalah hal pertama yang dipakai untuk melakukan aktivitas. Dengan demikian, tangan 80% lebih mudah terkontaminasi racun dan kotoran, bahkan virus penyakit di luar tubuh. Menjaga kebersihan tangan juga ditekankan oleh Rasulullah Saw. di luar wudhu, terutama ketika tangan dipakai sebagai sarana makan. Sebagaimana tertera dalam sebuah hadits berikut:
"Jika salah satu dari kalian bangun dari tidurnya, maka janganlah memasukkan tangannya ke sebuah tempat makanan sehingga membasuh tangan tersebut 3 kali, karena sesungguhnya ia tidak mengetahui di mana kedua tangan itu berada (bermalam) " (HR. Muslim).
4. Menggunakan tangan kanan
Penggunaan tangan kanan ini bukan hanya mempersoalkan masalah moral dan kepantasan belaka, tetapi juga sebagai salah satu pemanfaatan otak kiri. Otak kiri dikenal dengan otak berpikir yang lebih menggunakan kemampuan oleh analitis dan rasional. Sedangkan, otak kanan secara umum disebut sebagai otak "merasa" ekspresif dan instingtif. Menurut ilmu kedokteran, saat kita makan dan menggunakan tangan kanan, maka kita berusaha untuk merangsang otak kiri agar juga bisa berfungsi lebih maksimal. Hal ini sangat selaras dengan yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. untuk mendapatkan kesehatan dan kemanfaatan yang sesungguhnya.
5. Makan dengan tiga jari
Lalu, apa rahasia yang terdapat dalam pola makan dengan cara menggunakan tiga jari tersebut. Ternyata, setiap manusia hanya mempunyai kemampuan mengunyah ideal dalam batas tiga jari itu. Bila lebih, maka kemampuan mengunyah tubuh kita kurang baik dan akan berkesan dipaksakan.
Dengan demikian, tiga jari ini menunjukkan sikap pertengahan dan seimbang. Sebagaimana dikatakan bahwa makan dengan 5 jari adalah kerakusan, sedang makan dengan 1 atau 2 jari adalah kesombongan.
Ini juga menjadi bukti bahwa makan menggunakan media sendok atau garpu dan alat lain merupakan salah satu cara makan yang tidak sesuai dengan cara Rasulullah Saw. Semua cara tersebut bukan salah, tetapi jika kita lihat dari kaca mata kesehatan, maka akan menemukan kelemahannya. Misalnya, sendok maupun garpu, tidak ada jaminan bahwa garpu dan sendok yang kita pakai tersebut dalam keadaan bersih dan higienis, berbeda saat kita menggunakan tangan yang sepenuhnya ditentukan oleh kita, yakni garansi bersih dan tidaknya kita ditentukan oleh kita sendiri, karena tangan kita selalu menyertai. Selain itu, kita tidak bisa memaksimalkan organ tubuh kita untuk bergerak jika menggunakan sendok maupun garpu. Itulah salah satu alasan dan kemanfaatan memakai tangan secara langsung. dan kaluapun toh menggunakan sendok atau garpu hendaklah sedikit demi sedikit bukan lantas satu sendok penuh dimasukkan ke dalam mulut.
6. Tidak bicara (thuma'ninah)
Thuma'ninah artinya kita senantiasa berusaha untuk tidak banyak bicara dan mengeluarkan suara keras saat makan. Hikmahnya supaya lidah tidak tergigit, makanan tidak salah masuk ke saluran napas (tersendak), dan konsentrasi melumatkan makanan dengan mengunyah yang benar. Selain itu, ini bisa memunculkan syukur yang luar biasa dari dalam hati jika kita makan dengan penuh konsentrasi kepada Allah Swt. Kita juga merasa bahwa Dia-lah Dzat yang luar biasa yang selalu memberikan kita makan, sehingga tidak ada kesempatan untuk bicara, apalagi bercanda. Inilah hikmah yang paling bermutu dari alasan setiap orang yang makan harus thuma'ninah.
7. Bersikap sederhana
Bersikap sederhana dan tidak berlebih-lebihan ketika makan, baik dari segi sikap ataupun makanannya itu sendiri.
8. Memulai yang terdekat
Memulai makan dari yang dekat dan tidak memenuhi mulut dengan makanan yang banyak.
9. Dengan berjamaah
Disunnahkan untuk makan secara berjamaah dan tidak berpencar sendiri-sendiri. Sebab, berjamaah dapat mempererat persaudaraan dan menyebabkan turunnya barakah pada makanan kita.
10. Tidak mengembalikan sisa makanan
Ketika makan berjamaah dalam satu tempat makan, maka jangan mengembalikan yang tersisa di tangan ke tempat makan, tetapi mengambil suapan yang sedikit hingga tidak tersisa.
11. Tidak bersuara
Tidak mengeluarkan suara keras ketika mengunyah makanan. Sebab, hal itu mengganggu orang lain. Selain mengganggu orang lain, mengunyah makanan dengan cara yang begini juga menyebabkan kita tidak maksimal dalam mencerna makanan. Oleh karena itu, nikmati setiap asupan makanan pada diri kita agar berkah jiwa dan raga.
12. Tidak melihat orang yang makan
Jangan mengawasi dan melihat-lihat orang yang sedang makan, karena hal itu mengganggu perasaan mereka dan mengurangi selera makan. Inilah yang penulis maksud sebagai hal yang sangat detail pada diri Rasulullah Saw., saat makan pun jiwa dan hati beliau tidak terpisah untuk menjaga perasaan orang lain. Berbeda dengan orang kebanyakan, saat makanan telah tersaji di depannya, ia tidak mempedulikan apa pun di luar dirinya.
13. Tidak menyisakan makanan
Tidak menyisakan makanan di piring, bahkan kita dianjurkan untuk membersihkan tangan dan jari-jari kita dengan mulut ketika selesai makan, dan jika ada makanan yang jatuh supaya dipungut dan dibersihkan, kemudian dimakan.
14. Membaca hamdalah dan doa setelah makan
ALHAMDULILLAAHIL LADZII ATH'AMANII HADZA WA RAZAQANIIHI MIN GHAIRI HAULIN MINNII WA LAA QUWWATA.
"Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan menganugerahkan kepadaku tanpa susah payah.
15. Mencuci tangan setelah makan
Banyak manfaat yang bisa dapatkan dengan mencuci tangan setelah makan , yaitu bukan hanya yang berkaitan dengan prinsip kebersihan, tetapi sebagai bagian dari proses untuk meneladani Rasulullah Saw. Sehingga, dengan niat yang demikian, kita tidak hanya mendapatkan unsur kesehatan, lebih dari itu, kita juga mendapatkan bagian sebagai orang yang mengikuti beliau yang jelas manfaatnya.
Demikian uraian tentang Cara Makan Ala Rasulullah SAW mudah-mudahan barokah. Aamiin.
0 comments:
Post a Comment