Home » » Rahasia Puasa

Rahasia Puasa

Written By telaah santri on Wednesday, June 24, 2015 | 3:47 PM

Rahasia Puasa

Rahasia Puasa

Puasa adalah perisai.
Puasa melindungi diri dari kejelekan dunia dan siksa akhirat. 
Apabila hendak berpuasa, niatkanlah puasamu untuk menahan diri dari dorongan syahwat, dan memutuskan pikiran yang sering dipengaruhi godaan setan. 
Bayangkanlah dirimu sebagai seorang yang sakit yang tidak menginginkan makanan atau minuman apa pun. Dan berharaplah selalu agar Allah Yang Maha pengasih memberikan kesembuhan dari setiap penyakit yang ditimbulkan oleh dosa. 
Sucikanlah batinmu dari setiap apa yang bisa membuatmu lalai dari berzikir kepada Allah."

Untuk apa hidup ini? Jika pertanyaan simpel ini terlontar, maka ingatan dan hati kita akan terpaut pada firman Allah: Wa ma kholaqtul jirtna wal insa illa liya budun. 'Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah padaku." (Ad-Dzariyat [51]: 56). Namun di sini bukan berarti Allah yang butuh akan ibadah kita, tapi kitalah yang butuh beribadah pada-Nya, demi kebahagiaan dan kemuliaan kita, baik di dunia maupun di akhirat. 

Dalam sebuah riwayat juga disebutkan, suatu ketika nabi Musa as. ditagih oleh Allah tentang persembahan untuk-Nya. Saat itu Musa kaget. Sebab, tiap hari ia shalat, berzikir, sujud dan ibadah-ibadah sejenisnya. Lalu Allah berfirman: 
"Itu semua untukmu sendiri, wahai Musa. Itu untuk kepentinganmu. Adapun ibadah yang dipersembahkan untuk-Ku adalah berbuat baik pada sesamamu"

Dr. Yusuf Qardhawi dalam Al Ibadah Fil Islam, mengungkapkan banyak hal tentang ibadah. Dalam ulasannya tentang ibadah puasa, beliau menjelaskan ada lima rahasia puasa yang bisa kita renungkan untuk kemudian menjadi stimulus penting bagi semangat kita dalam berpuasa. Berikut ini akan penulis uraikan satu persatu tentang lima rahasia tersebut.

Dalam hidup ini, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apa pun yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang batil dan mengganggu serta merugikan orang lain. Betapa banyak orang yang sudah tak menjadi 'manusia lagi. Mereka melakukan hal-hal yang membuat mereka keluar dari kodrat mereka sebagai manusia, yang menghormati dan menjaga hubungannya dengan manusia lain serta menjaga tingkah lakunya sede¬mikian rupa. Mereka lebih cenderung menampakkan diri mereka laksana binatang, bahkan kadang-kadang lebih buruk dari binatang. Memang, manusia itu jika baik, kebaikan dan kemuliaannya terasa melebihi malaikat. Namun jika jahat, keburukan dan kejahatan yang dilakukannya melebihi kejahatan dan keburukan setan laknatullah.

Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi. Sebab bagaimana pun dunia adalah tempat dan ajang bagi kita untuk beramal dan berbuat baik. Maka dalam menjalani kehidupan di dunia yang penuh tipu daya dan keburukan yang ditimbulkan oleh setan ini diperlukan pengendalian yang intens dan tertata agar kita tak mudah terbawa alur setan.

Dapat diilustrasikan, jika kita kalah perang, itu masih belum seberapa, meski kekalahan dalam peperangan merupakan kunci penderitaan yang akan dialami secara berkepanjangan oleh si penderita kekalahan. Itu masih belum seberapa. Yang paling menyedihkan adalah saat kita kalah dalam peperangan melawan hawa nafsu, yang menyebabkan kita kehilangan esensi sebagai manusia. Membuat kita terjerumus pada hal-hal yang tak mengisyaratkan bahwa kita manusia. Sungguh menyedihkan. Manakala dalam peperangan ini manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu itu akan mengalihkan penuhanan yang semula menjadikan Allah Swt. sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada kesesatan.

Allah memerintahkan kita memperhatikan masalah ini sebagaimana terungkap dalam firman-Nya:
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan  tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu idak mengambil pelajaran?" (QS. Al-Jaatsiyah [45]: 23).

Lalu apa yang bisa kita lakukan agar kita tak dikalahkan oleh hawa nafsu, tapi nafsulah yang harus dalam kendali? Allah Swt. yang selalu menyayangi dan memperhatikan kepentingan dan kebahagiaan hambanya memberi solusi jitu: yaitu puasa. Dengan ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian, manusia akan memperoleh derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk dan membuka pintu-pintu langit hingga segala doanya dikabulkan oleh Allah Swt. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya:
 "Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doa mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi."(HR. Tirmidzi). Tak ada yang tak ingin doanya senantiasa didengar dan dikabulkan, bukan?

Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala. Puasa yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar.

Karena itu, Rasulullah Saw. menyatakan: Puasa itu setengah dari kesabaran. Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan ruhani seorang muslim semakin prima. Kekuatan ruhani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit. Diriwayatkan dalam Mishbah Al-Syariah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: 
"Puasa adalah perisai. Puasa melindungi diri dari kejelekan dunia dan siksa akhirat. Apabila hendak berpuasa, niatkanlah puasamu untuk menahan diri dari dorongan syahwat, dan memutuskan pikiran yang sering dipengaruhi godaan setan. Bayangkanlah dirimu sebagai seorang yang sakit yang-tidak menginginkan makanan atau minuman apa pun. Dan berharaplah selalu agar Allah Yang Mahakasih memberikan kesembuhan dari setiap penyakit yang ditimbulkan oleh dosa. Sucikanlah batinmu dari setiap apa yang bisa membuatmu lalai dari berzikir kepada Allah." 

Dengan puasa, kita diharapkan dapat lebih mengendalikan dan mengontrol keinginan kita.

Di samping kesehatan dan kekuatan ruhani, puasa yang baik dan benar juga akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah Saw., tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu meragukannya lagi. Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat ter-tentu, perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan. Apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, seper¬tiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.

Dari sudut pandang kesehatan, puasa memiliki manfaat yang luar biasa bagi tubuh seseorang, di antaranya:
  • Puasa merupakan media untuk membersihkan tubuh dari segala sesuatu dan dimungkinkan berpotensi menyebabkan peningkatan racun-racun (residu) berbahaya atau makanan yang tidak seharusnya dikonsumsi.
  • Puasa bermanfaat untuk menyegarkan organ-organ pencernaan dan penyerapan jika ditinjau dari aspek kesehatan.
  • Puasa dapat menyebabkan organ-organ pembuangan beristirahat dengan memberinya kesempatan agar organ-organ ini kembali pulih atau mengurangi pekerjaannya.
  • Puasa merupakan salah satu faktor peremajaan, karena puasa memberi kehidupan dan vitalitas baru pada sel-sel tubuh.


Dalam hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia, tapi banyak pula manusia yang tidak pandai mensyukuri¬nya. Dapat satu tidak terasa nikmat karena menginginkan dua, dapat dua tidak terasa nikmat karena menginginkan tiga dan begitulah seterusnya. Padahal, kalau manusia mau memperhatikan dan merenungi, apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat menyenangkan karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh.

Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh merasakan langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Hal ini karena baru beberapa jam saja kita tidak makan dan minum sudah terasa betul penderitaan yang kita alami, dan pada saat kita berbuka puasa, terasa betul besarnya nikmat dari Allah meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air. Di sinilah letak pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai kenikmatan yang Allah berikan agar kita selanjutnya menjadi orang yang pandai bersyukur dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang sedikit dan kecil.

Rasa syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah atau paling idak dari segi rasanya, Allah berfirman:
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur; pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih(QS. Ibrahim [13]:

Dengan rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah, tingkat "rasa" atas nikmat itu pun semakin tinggi, dan membuat kita semakin merasakan kasih sayang dan ridha Allah Swt.

Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir. Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih be¬lum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina dan sebagainya.

Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita. Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta seperti gila harta, kikir dan sebagainya. Allah Swt. berfirman:

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesung¬guhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Setiap ibadah yang kita jalankan dan menjadi kewajiban kita, pada dasarnya memiliki nilai moral tertentu.

Demikian besarnya arti sebuah pesan moral, hingga Rasulullah menilai 'harga' suatu ibadah dinilai dari sejauh mana kita menjalankan pesan moralnya. Jika ibadah itu tidak meningkatkan akhlak kita, Rasulullah menganggap ibadah itu tak bermakna. Seseorang bisa saja melaksanakan ibadah puasa. Dia sanggup mematuhi seluruh ketentuan fikih, tetapi dia sering tak sanggup mewujudkan seluruh pesan moral ibadah puasa itu. Rasulullah Saw. bersabda: 
"Banyak sekali orang berpuasa, tetapi tak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga"
Lalu apa pesan moral ibadah puasa?. Jalaluddin Rakhmat mengutarakan sedikitnya ada 3 pesan moral utama ibadah puasa, yaitu:
  1. Supaya kita menjaga diri dari memakan sembarang makanan. Bahkan makanan halal pun tidak boleh makan sebelum datang waktunya yang tepat. Jadi, jangan sembarang makan. Ali bin Abi Thalib r.a berkata: "Jangan jadikan perutmu sebagai kuburan hewan."
  2. Jangan jadikan perut kita sebagai kuburan orang lain. Jangan pindahkan tanah dan ladang orang kecil ke perut kita. Seperti yang umum terjadi saat ini, demi mengejar kekayaan dan status sosial, hak-hak orang lain dirampas dengan semena-mena.
  3. Ibadah puasa mengajarkan kita bahwa walaupun harta itu milik kita, kita tak boleh memakannya sendiri. Ali r.a pernah berkata: "Tidak pernah aku melihat ada orang yang memperoleh harta yang berlimpah kecuali di sampingnya ada hak orang lain yang ia sia- siakan." Ada hak fakir miskin, orang-orang terlantar, dan mereka yang nasibnya kurang beruntung pada harta berlimpah yang kita miliki. Puasa tak bermakna apa-apa sebelum kita memperhatikan secara tulus terhadap orang-orang yang menderita di sekitar kita.


Indikasi bahwa pesan moral ini penting dan harus senantiasa kita perhatikan adalah jika kita melakukan hal-hal yang dilarang dalam ketentuan fikih yang berhubungan dengan puasa, maka tebusannya adalah menjalankan pesan moral puasa itu. Misalnya, sepasang suami istri yang berhubungan badan saat puasa Ramadhan, kifaratnya adalah memberi makanan 40 orang miskin. Demikian pula untuk pelanggaran lain, selalu ada ketentuan untuk menebus dengan pesan moral puasa, yaitu perhatian terhadap sesama. Maka dari itu puasa yang kita laksanakan harus benar-benar merasuk ke dalam jiwa, dan salah satu indikasi pentingnya adalah meningkatnya perhatian dan kasih sayang kita pada sesama.

Demikian uraian tentang Rahasia Puasa , semoga membawa keberkahan. Aamiin.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

 
Support : Privacy Policy | Disclaimer
Copyright © 2013. kajian islam - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger