Makan Sehat Ala Rasulullah SAW
Pada dasarnya, kebanyakan penyakit yang menimpa manusia selalu berpangkal pada makanan yang dikonsumsi. Sebab, setiap makan yang kita makan, tidak hanya terdapat gizi atau energi yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi juga membawa penyakit yang berbahaya bagi tubuh kita. Apalagi, kita memakan makanan dengan cara yang berlebihan, ini jelas bisa berdampak buruk bagi kesehatan kita.
Dalam hal yang berkaitan dengan tips makan yang sehat ala Rasulullah Saw. ini, kami akan memulai penjelasan dengan ayat al-Quran.
Allah Swt. berfirman:
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih- lebihan."(QS. al-A'raaf{7}: 31).
Ayat lainnya sangat jelas menggambarkan kepada kita tentang cara mempola setiap makanan yang telah memiliki batas, jika diikuti menjadi salah satu cara yang sangat ampuh untuk kesehatan kita. Hal ini bisa kita lihat dalam surat firman Allah Swt. berikut:
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa-yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu
(QS. al-Baqarah {2}: 168).
Ada beberapa prinsip dasar yang bisa kita dapatkan dari dua ayat tersebut yang tentunya telah menjadi perilaku dan konsep yang diamalkan oleh Rasulullah Saw., yang terbukti menjadikan beliau sebagai sosok fisik yang sehat.
Prinsip dasar dalam sebuah makanan adalah halal lagi baik. Artinya, makanan yang hendak kita makan diperoleh dengan cara yang baik dan halal menurut syariat agama. Dalam hal ini, setiap makanan yang kita peroleh dari hasil yang tidak baik, misalnya mencuri, merampok, dan lain sebagainya, tidak masuk dalam kategori ini. Intinya, makan yang halal itu kita dapatkan dengan cara yang baik juga.
Lalu, apa hubungannya dengan kesehatan saat kita mengonsumsi makanan yang tidak halal? Bukankah makanan tergantung kandungan isi di dalamnya, dan tidak akan berpengaruh asal makanan itu didapatkan?
Setiap makanan yang kita makan, pada dasarnya bukan hanya berupa makanan belaka, tetapi dalam makanan yang baik, Allah Swt. memerintahkan malaikat untuk selalu mendoakan orang yang bersangkutan. Sehingga, saat memakan makanan yang halal, kita didoakan oleh malaikat, begitu juga sebaliknya. Makanan yang kita makan menjadi darah dan daging yang berkah yang berpengaruh pada kehidupan kita selanjutnya.
Sementara itu, kata thayyib atau baik juga bermakna makanan yang kita makan mengandung gizi yang baik pada tubuh kita. Saat ini, kita telah mendapatkan banyak informasi tentang gizi tersebut.
Gizi yang cukup ini merupakan garansi kesehatan kita, maka ketika al-Qur'an menyatakan makan yang baik, al-Qur,an membuat kita senantiasa peka terhadap kesehatan kita. Luar biasanya, al-Qur,an ternyata merupakan kamus kedokteran yang tiada tandingannya yang peka terhadap kesehatan manusia dalam masa yang panjang.
Prinsip kedua dalam makan yang sehat ala Rasulullah Saw. adalah seimbang, yakni sederhana dan tidak berlebihan. Dalam hal ini, beliau memberikan contoh kepada kita untuk makan tidak terlalu kenyang, yakni dengan cara membagi lambung dalam tiga bagian, lambung cukup diisi dengan 1/3 makanan, kemudian 2/3 nya sebagai tempat minuman dan udara.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. bersabda: "Anak Adam jangan memenuhi suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernapasan." (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Dalam penjelasan lainnya, Rasulullah Saw. menyatakan bahwa setiap penyakit bersumber dari makanan, sebagaimana sabdanya berikut:
"Kami adalah kaum yang tidak makan sebelum merasa lapar dan bila kami makan tidak pernah kekenyangan " (HR. Bukhari Musim).
Prinsip keseimbangan makan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. merupakan kamus kesehatan yang harus membuka cara pandang kita pada makanan. Jika sebagian orang berpendapat bahwa semakin banyak makanan yang kita makan, maka semakin baik untuk tubuh kita, ternyata hal itu merupakan kesalahan besar, yang justru "mengangkut" berbagai macam penyakit ke dalam tubuh. Lantas, dari mana tenaga dan energi yang didapatkan oleh Rasulullah Saw. sehingga menjadi sosok yang sangat sehat, bahkan selama hidupnya beliau hanya sakit ringan 3 kali saja? Tidak lain karena beliau adalah penganut prinsip keseimbangan tersebut. Keseimbangan dalam makanan yang telah dilakukan oleh beliau merupakan sebuah pengendalian yang sangat istiqamah dalam hal makanan, sehingga beliau tidak makan, kecuali saat tubuh beliau betul-betul membutuhkan. Ketika dalam kondisi yang lapar, tubuh bisa cepat mencerna makanan dan tidak akan bertumpuk menjadi benih segala macam penyakit.
Ada cerita menarik yang didasarkan pada sebuah hadits yang mencerminkan tentang pola makan Rasulullah Saw. yang menakjubkan, yang mestinya menjadi pola yang harus kita amalkan. Pada suatu hari di masa setelah wafatnya Rasulullah Saw., para sahabat mengunjungi Aisyah Ra. Ketika itu, Kerajaan Islam sudah sedemikian luas dan makmur dalam hal sandang dan pangan. Kemudian, sambil menunggu Aisyah Ra., para sahabat yang sudah menjadi orang-orang kaya, saling bercerita tentang menu makanan mereka yang meningkat dan bermacam-macam. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sangat menikmati (bersenang-senang dengan makanan), dengan cara yang berlebihan. Aisyah Ra. mendengar hal itu dari sahabat-sahabatnya, tiba-tiba menangis hingga diketahui oleh sahabat yang lain. "Apa yang membuatmu menangis, wahai Bunda?" tanya para sahabat. Lalu, Aisyah Ra. menjawab,
"Dahulu, Rasulullah Saw tidak pernah mengenyangkan perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak akan makan roti." (HR. Muslim).
Prof. Dr. Musthofa Romadhon (2007), menjelaskan tentang tata cara Rasulullah mengkonsumsi makanan . Hal ini tidak kalah pentingnya dengan pemilihan menu. Setinggi apa pun gizinya, jika pola konsumsinya tidak teratur, tetap bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Inti pola konsumsi Rasulullah Saw. adalah menghindari israf (berlebihan) dalam makan dan minum. Ketika seseorang terlalu kenyang dan terlalu banyak makan, maka lambung akan penuh dan pernapasannya dapat terganggu. Proses pencernaan menjadi lama dan zat-zat yang terkandung dalam makanan tersebut tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, kondisi fisik tidak prima dan aktivitas pun tidak maksimal. Prof. Dr. Musthofa menekankan bahwa kenyang itu bukan memenuhi perut dengan makanan. Kenyang yang sebenarnya ialah tercukupinya tubuh oleh zat-zat yang dibutuhkannya sesuai dengan proporsi dan ukurannya. Dengan demikian, Rasulullah Saw. tidak pernah melakukan idkhal at-tha'am 'ala tha'am (makan lagi sesudah kenyang).
Terkait hal tersebut, sebuah penelitian yang dilakukan di salah satu Universitas di Australia, membuktikan bahwa berkumpulnya berjenis-jenis makanan dalam perut telah melahirkan bermacam-macam penyakit. Dengan demikian, pilihannya terdapat pada kita, kita selalu akan tergoda dengan berbagai macam makanan yang sesungguhnya selalu mendatangkan penyakit pada diri kita, atau sebaliknya kita mengikuti pola yang telah berhasil dilakukan oleh Rasulullah Saw. atau tidak.
Pada dasarnya, Rasulullah Saw. bukan tipe orang yang suka makan. Beliau hanya makan makanan yang beliau mengerti bahwa makanan tersebut dibutuhkan oleh tubuh serta mempunyai fungsi yang baik bagi kesehatan tubuh. Dengan demikian, meskipun disebutkan tentang makanan kesukaan beliau, ini sebatas hanya kegemarannya, bukan kegemaran dalam main-stream manusia saat ini; jika tidak ada akan mencarinya hingga ketemu. Tidak dengan Rasulullah Saw. yang dengan kegemaran yang sederhana itu pun, diseimbangkan dengan tubuh yang menerimanya.
Dalam hal ini, salah satu makanan kegemaran Rasulullah Saw. adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihkan air liur dan pencernaan. Pertanyaannya, mengapa beliau sangat gemar mengonsumsi madu?
Dalam beberapa literatur, baik yang berasal dari dunia kedokteran modern maupun tradisional, menyebutkan bahwa madu merupakan obat sekaligus mencegah dan sebagai benteng bagi kesehatan tubuh. Dengan demikian, cukup menjadi satu itu saja alasan Rasulullah Saw. gemar mengonsumsi madu. Dalam dunia kedokteran, hanyalah madu yang diterima dengan baik oleh tubuh dalam kadar yang banyak. Artinya, meskipun harus mengonsumsi dalam kadar yang banyak, madu tidak berbahaya bagi organ apa pun dalam tubuh. Sebab, madu bisa beradaptasi dengan organ tubuh, itulah salah satu kedahsyatan madu. Maka, sangat menakjubkan jika Rasulullah Saw. sangat gemar pada madu karena selain enak, madu sangat banyak berfungsi untuk kesehatan manusia.Rasulullah Saw. bersabda:
Selain menu wajib tersebut, ada beberapa jenis makanan yang disukai oleh Rasulullah Saw., tetapi beliau tidak rutin mengonsumsinya. Di antaranya, tsarid, yaitu campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak (kira-kira seperti bubur ayam). Beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu manis, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian, beliau juga senang makan anggur dan hilbah.
Rasulullah Saw. tidak makan dua jenis makanan panas atau dua jenis makanan yang dingin secara bersamaan. Beliau juga tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu dan tidak langsung tidur setelah makan malam, karena tidak baik bagi jantung.
Rasulullah Saw. juga meminimalisir dalam mengonsumsi daging, karena terlalu banyak daging bisa berakibat buruk pada persendian dan ginjal. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh sahabat Umar Ra., "Jangan kamu jadikan perutmu sebagai kuburan bagi hewan-hewan ternak!"
Demikian uraian tentang Makan Sehat Ala Rasulullah SAW mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita semua. Amiin.
Jadi makan sehat ala rasulullah seperti ini ya, saya kira semua orang aja yang makan sehat ternyata rasulullah punya prinsip makanan sehat juga, saya baru tahu lo, setelah baca artikelnya..tips makan sehat yang sangat bagus
ReplyDeleteArtikel yang bermanfaat, lagi butuh banyak referensi terkait kajian pangan ala Rasulullah.
ReplyDelete