Ali bin Abi Thalib adalah orang keempat yang dijamin Rasulullah SAW masuk surga setelah Abu Bakar, Umar dan Utsman. Dibandingkan dengan ketiganya, secara garis keturunan Ali lebih dekat dari mereka, la masih anak paman Rasulullah SAW dan tinggal bersamanya sejak kecil. Tapi jaminan masuk surga tidak diperoleh karena belas kasihan. Kedudukan sebagai keponakan dan menantu tidak berarti apa-apa tanpa amal nyata. Banyak hal yang bisa disodorkan untuk menunjukkan bahwa jaminan itu murni karena amal perbuatannya. Islam tidak memandang nasab atau keturunan memiliki kedudukan yang tinggi di mata Allah SWT.
Pemuda yang dilahirkan di dalam Ka'bah ini memiliki nama kecil Haidarah. la tumbuh dewasa di bawah tempaan Rasulullah SAW. Menjadi seorang pemuda yang cerdas dan pemberani. Komitmennya untuk membela Rasulullah, ditunjukkan di saat-saat genting. Ketika orang- orang Quraisy telah sepakat untuk membunuh Rasulullah SAW, Ali mengambil peran. Hari H telah ditetapkan. Jam telah ditentukan. Tepat tengah malam. Di rumah Rasulullah SAW sendiri. Mereka menginginkan kematian Rasulullah SAW di rumahnya sendiri. Tempat yang menjadi tumpuan perlin¬dungan seseorang.
Makar telah dirancang. Tapi Allah SWT punya kehendak lain. Mereka boleh membuat rencana, tapi Allah SWT punya rencana lain. Tipudaya-Nya tidak tertandingi. Ali, seorang pemuda dua puluhan tahun, menunjukkan jatidirinya. la seorang pemberani. Bagaimana tidak? Di malam yang telah ditetapkan orang-orang Quraisy, Ali diperintahkan Rasulullah SAW untuk tidur di kamarnya. Bukan keputusan yang mudah untuk menerima tugas ini. Konsekuensinya sudah jelas. Secara hitungan matematis, 90 % Ali akan terbunuh.
Namun, Ali bukan pemuda ingusan yang takut mati. Kematian bisa datang kapan saja, di mana saja dengan sebab apa saja, bila Allah SWT telah memutuskan. Karena itu tidak ada yang perlu ditakutkan. Semuanya berjalan sesuai dengan kehendak Allah.
"Tidurlah di atas tempat tidurku, berselimutlah dengan mantelku warna hijau yang berasal dari Hadhramaut ini. Tidurlah dengan berselimut mantel itu. Sesungguhnya engkau akan tetap aman dari gangguan mereka yang engkau khawatirkan," perintah Rasulullah SAW kepada Ali. (Sirah Nabawiyah, Shafiyyur Rahman al- Mubarakfuri; 223)
Kalau bukan seorang pemberani, niscaya ia akan melewati malam dengan tegang. Dibawah ancaman kematian. Tapi tidaklah demikian dengan Ali. la tidur seperti malam-malam sebelumnya. Tetap nyenyak. Hingga di tengah malam, ketika orang-orang Quraisy yang mengepung Rasulullah SAW dibangunkan oleh seseorang yang melihat Rasulullah SAW keluar dari rumahnya, mereka mengintip dari celah pintu ke dalam rumah.
"Demi Allah itu Muhammad sedang tidur berselimut mantelnya," ujar orang-orang Quraisy. Mereka tertipu. Yang tidur itu bukan Rasulullah SAW, melainkan Ali. Hal itu baru mereka sadari esok harinya. Ketika yang bangun itu adalah Ali.
Ali, seorang pemuda pemberani. Banyak cerita seputar keberaniannya yang layak dijadikan teladan bagi siapapun. Seorang pemuda yang tidak pernah gentar menerjang maut demi menegakkan kebenaran. Tidaklah mengherankan bila dalam perang Badar, Rasulullah SAW menunjuk Ali sebagai wakil kaum muslimin bersama Hamzah dan Ubaidah bin Harits. Mereka bertiga melawan kaum musyrikin Quraisy. Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabi'ah dan al-Walid bin Utbah.
Keberaniannya itu pula yang mendorong Ali tidak rela ditinggalkan di Madinah dalam perang Tabuk, hingga Rasulullah SAW bersabda, "Apakah engkau tidak ridha jika engkau di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa? Hanya saja tidak ada nabi sesudahku." (Sirah Nabawiyah, Shafiyyur Rahman al-Mubarakfuri; 570)
Demikianlah sosok Ali bin Abi Thalib yang dijamin masuk surga. Semoga bermanfaat. Aamiin.
0 comments:
Post a Comment