Home » » Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi Muhammad SAW

Written By bloger Muslim on Monday, April 27, 2015 | 7:15 AM

Maulid Nabi

Maulid Nabi Muhammad

Ketika memasuki bulan Rabi'ul Awal, umat Islam merayakan hari kelahiran Nabi SAW dengan berbagai cara, baik dengan cara yang sederhana maupun dengan cara yang cukup meriah. Pembacaan shalawat, barzanji dan pengajian-pengajian yang mengisahkan sejarah Nabi SAW menghiasi hari-hari bulan itu.

Sekitar lima abad yang lalu, Imam Jalaluddin al-Suyuthi (849H-911 H) mengemukakan bahwa perayaan Maulid Nabi SAW boleh dilakukan. Sebagaimana dituturkan dalam al-Hawi Li  al-Fatawi:
"Ada sebuah pertanyaan tentang perayaan Maulid Nabi SAW pada bulan Rabi’ul Awal bagaimana hukumnya menurut syara. Apakah terpuji ataukah tercela? Dan apakah orang yang melakukannya diberi pahala ataukah tidak? Beliau menjawab, "Jawabannya menurut saya bahwa asal perayaan Maulid Nabi SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur'an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan kehidupannya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang.Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasukbid'ahhasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang mulia." (Al-Hawi li al-Fatawi, juz I, hal 251-252)

Gambar Maulid Nabi
Jadi, sebetulnya hakikat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW itu merupakan bentuk pengungkapan rasa senang dan syukur atas terutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia ini. Yang diwujudkan dengan cara mengumpulkan orang banyak. Lalu diisi dengan pengajian keimanan dan keislaman, mengkaji sejarah dan akhlaq Nabi SAW untuk diteladani. Pengungkapan rasa gembira itu memang dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan anugerah dari Tuhan. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Katakanlah (Muhammad), sebab fadhal dan rahmat Allah (kepada ailian), maka bergembiralah kalian." (QS. Yunus, 58)

Ayat ini, jelas-jelas menyuruh kita umat Islam untuk bergembira dengan adanya rahmat Allah SWT. Sementara Nabi Muhammad SAW adalah rahmat atau anugerah Tuhan kepada nanusia yang tiada taranya (Penafsiran seperti ini dilakukan oleh Ibn 'Abbas RA. Beliau mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Fadhlullah itu adalah ilmu. Sedangkan Rahmatullah sendiri adalah Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT (QS. al-Anbiya', 107). Lihat, al Durr al-Mantsur, juz III, hlm. 308 dan Sayyid Muhammad 'Alwi al-Maliki. Manhaj al-Salaf fi Fahm al-Nushush bain al-Nazhariyah wa al-Tathbiq,hlm. 391).
Sebagaimana firman Allah SWT:
Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya', 107)

Sesunggunya, perayaan maulid itu sudah ada dan telah ima dilakukan oleh umat Islam. Benihnya sudah ditanam sendiri oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah Hadits diriwayatkan:
Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshdri RA, bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku." (Shahih Muslim [1977])

Betapa Rasulullah SAW begitu memuliakan hari kelahirannya. Beliau bersyukur kepada Allah SWT pada hari tersebut atas karunia Tuhan yang telah menyebabkan keberadaannya. Rasa syukur itu beliau ungkapkan dengan bentuk puasa.

Puasa, memang sudah sejak dulu dijadikan simbol rasa syukur kepada Allah SWT. Diceritakan dalam sebuah Hadits ketika Rasulullah dan para sahabat tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi sedang berpuasa 'asyura (10 Muharram). Rasul bertanya mengapa mereka melakukan puasa tersebut. Orang Yahudi itu menjawab, "Pada hari inilah Allah menenggelamkan Fir'aun dan menyelamatkan Musa AS. Kami sangat mensyukurinya. Oleh karena itu, kami berpuasa". Mendengar jawaban itu Nabi SAW bersabda, "Kami lebih berhak untuk (memuliakan) Musa AS (dengan berpuasa) daripada kalian". Dengan begitu, menganjurkan umat Islam berpuasa 'asyura sebagai bentuk syukur tersebut. Demikian halnya puasa hari senin sangat dianjurkan sebagai rasa syukur atas kelahiran beliau. (Lihat Muhammad 'Alawi al-Maliki al-Hasani.(Maulid Nabi SAW. (terj. Oleh HM. Mas'udi Busyiri Lc.), him. 7.)

Paparan ini menyiratkan bahwa merayakan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW termasuk sesuatu yang boleh dilakukan. Apalagi perayaan maulid itu isinya adalah bacaan shalawat , baik maulid Barzanji , maulid diba , Burdah ataupun Simtud Duror, sedekah dengan beraneka makanan, pengajian agama dan sebagainya, yang merupakan amalan-amalan yang memang dianjurkan oleh Syari'at Islam. Sayyid Muhammad' Alawi al-Maliki mengatakan:

"Pada pokoknya, berkumpul untuk mengadakan Maulid Nabi SAW merupakan sesuatu yang sudah lumrah terjadi. Tapi hal itu termasuk kebiasaan yang baik yang mengandung banyak kegunaan dan manfaat yang (akhirnya) kembali kepada umat sendiri dengan beberapa keutamaan (di dalamnya). Sebab, kebiasaan seperti itu memang dianjurkan oleh syara’ secara parsial (bagian-bagiannya)... Sesungguhnya perkumpulan ini merupakan sarana yang baik untuk berdakwah. Sekaligus merupakan kesempatan emas yang seharusnya tidak boleh terlewatkan. Bahkan menjadi kewajiban para dai dan ulama untuk mengingatkan umat kepada akhlaqf sopan santun, keadaan sehari-hari, sejarah nabi muhammad saw , tata cara bergaul dan ibadah Nabi Muhammad SAW. Dan hendaknya mereka menasehati dan memberikan petunjuk untuk selalu melakukan kebaikan dan keberuntungan. Dan memperingatkan umat akan datangnya bala (ujian), bid'ah, kejahatan dan berbagai fitnah." (Mafahim Yajib an Tushahhah, 224-226)

Hal ini diakui oleh Ibn Taimiyyah:
"Ibn Taimiyyah berkata,"Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi SAW akan diberi pahala. Demikian pula yang dilakukan oleh sebagian orang, adakalanya bertujuan meniru dikalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi SAW. Allah SWT akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan merek kepada Nabi mereka, bukan dosa atas bid'ah yang mereka lakukan”. (Manhaj al-Salaf fi Fahm al-Nushush Bain al-Nazhariyyah wa al-Tathbiq, 399)

Maka sudah sewajarnya kalau umat Islam merayakan laulid Nabi SAW sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan juga karena isi perbuatan tersebut secara satu persatu, yakni membaca shalawat, mengkaji sejarah nabi Muhammad SAW, sejarah maulid nabi itu sendiri, sedekah , dan lain sebagainya merupakan amalan yang memang dianjurkan dalam syari'at Islam.

Demikian uraian tentang maulid nabi Muhammad SAW mudah-mudahan bermanfaat. Amiin.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

 
Support : Privacy Policy | Disclaimer
Copyright © 2013. kajian islam - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger