Home » » Doa Lailatul Qadar

Doa Lailatul Qadar

Written By telaah santri on Friday, May 29, 2015 | 10:22 AM

Doa Lailatul Qadar

Kebesaran dan Kemuliaan Lailatul Qadar

Bulan Ramadhan secara keseluruhan adalah bulan yang memiliki banyak keistimewaan. Di antara keistimewaannya, di bulan ini terdapat Lailatul Qadar, satu malam yang oleh Al-Quran dikatakan, "Lebih baik daripada seribu bulan ." Malam yang bernama Lailatul Qadar itu adalah malam yang penuh berkah, saat dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan penuh kebijaksanaan.

Karena sangat istimewanya malam ini, kita dianjurkan untuk mengisinya dengan banyak beribadah dan berdoa kepada Allah Azza Wajalla.

Ada banyak hal tentang Lailatul Qadar yang penting untuk kita ketahui. Di samping akan semakin menambah pemahaman kita tentang malam itu, pengetahuan-pengetahuan tersebut insya Allah juga akan semakin memotivasi kita untuk benar-benar memanfaatkan kesempatan yang hanya datang sekali dalam setahun itu.

Kata Lailatul Qadar tersusun dari dua kata, lailah (lailatun) dan al-Qadar. Lailah artinya malam, sedangkan al-Qadar artinya asy-syaraf wal-izham (kemuliaan dan kebesaran).

Maka Lailatul Qadar artinya malam kemulian atau kebesaran yang kemuliaan dan kebesarannya tidak ada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran dan menjadi titik tolak segala kemuliaan yang dapat diraih.

Ada pula pendapat lain dalam kitab Tafsir al-Munir disebutkan, "Makna al-Qadar adalah at-taqdir (penetapan). Dan Lailatul Qadar diberi nama demikian karena Allah Ta`ala menakdirkan pada malam itu apa-apa yang dikehendaki-Nya berupa penetapan-Nya sampai tahun mendatang mengenai urusan maut, ajal, rizki, dan sebagainya."

Tapi bukankah ditakdirkannya segala perkara itu pada malam Nish- fu Sya'ban? Jika timbul pertanyaan demikian, penjelasannya tertera dalam kitab Tafsir Ash-Shawi Juz IV halaman 320, "Maka jika engkau berkata 'Sesungguhnya ditakdirkannya segala perkara itu pada malam Nishfu Sya'ban', jawabannya, 'Permulaan takdir adalah malam Nishfu Sya'ban, dan diserahkannya kepada para malaikat adalah pada Lailatul Qadar”.

Ada pula yang mengartikan bahwa al-Qadar adalah "sempit". Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surah Al-Qadar, "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan  izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan."

Ketiga arti tersebut pada hakikatnya dapat menjadi benar semuanya. Karena malam tersebut adalah malam mulia, yang bila dapat diraih ia menetapkan masa depan manusia, dan pada malam itu malaikat-malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan.

Pada Malam Keberapa Ia Hadir?
Mengenai pada malam keberapa kemunculannya di bulan Ramadhan, para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan, ia dapat muncul pada malam apa saja (keberapa saja). Ada pula yang berpendapat, Lailatul Qadar itu berpindah-pindah pada sepuluh hari yang terakhir bulan Ramadhan. Pendapat lain mengatakan, ia berpindah-pindah pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh hari yang terakhir itu.

Ada juga yang mengatakan, di malam kedua puluh satu. Ada yang bilang, di malam kedua puluh tiga. Ulama lain mengatakan, di malam kedua puluh lima. Sebagian yang lain mengatakan, di malam kedua puluh tujuh. Dan ada pula yang berpendapat bahwa ia muncul di malam kedua puluh sembilan.

Masing-masing ulama memiliki dasar atas pendapatnya itu. Salah satunya adalah pen¬dapat yang mengatakan bahwa ia muncul di malam kedua puluh tujuh. Beberapa hadits dan isyarat menguatkan pendapat ini. Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa berusaha menuntutnya, hendaklah ia menuntutnya pada malam kedua puluh tujuh'." (HR Ahmad). 

Apakah, bila Lailatul Qadar hadir, ia akan menemui setiap orang yang terjaga (tidak tidur) pada malam kehadirannya itu, meskipun tidak mengisinya dengan ibadah? Menurut ke terangan-keterangan yang ada, malam ini tidak akan ditemui oleh orang-orang yang tidak mempersiapkan diri dan menyucikan jiwa guna menyambutnya. Kebaikan dan kemuliaan yang dihadirkan oleh malam ini tidak mungkin akan diraih kecuali oleh orang-orang tertentu saja.

Mengenai tanda-tanda Lailatul Qadar, para ulama berbeda pendapat. Di antaranya, orang yang mendapati malam Lailatul Qadar melihat bahwa segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit bersujud kepada Allah. Ada juga yang mengatakan, tandanya adalah alam terang benderang walaupun di tempat-tempat yang gelap. Ada lagi yang mengatakan, orang yang mendapatkan malam itu mendengar salam para malaikat dan tutur katanya.

Sedangkan keterangan yang disebutkan dalam hadits adalah, pagi harinya matahari terbit dalam bentuk yang sangat putih bersih bagai bulan purnama, tidak memancarkan sinar yang keras, melainkan lembut saja. Siang harinya tidak terasa panas, padahal matahari sangat cerah, terang benderang. Udaranya sangat nyaman, tidak panas dan tidak pula dingin.

Tidak Mesti Mengetahuinya
Untuk mendapatkan keutamaan malam ini dan memperoleh pahali seribu bulan itu, tidak disyaratkan kita mengetahui bahwa malam itu adalah Lailatul Qadar, melainkan cukup adanya mushadafah (yakni berkebetulan atau bertepatan). Artinya, jika amal-amal ibadah yang kita lakukan ternyata bertepatan dengan malam itu, berarti kita telah mendapatkannya, meskipun kita tahu bahwa malam itu adalah Lailatul Qadar. Memang terkadang sebagian orang shalih "dibukakan" mengenai malam tersebut, tetapi itu tidak menjadi syarat untuk memperoleh pahala seribu bulan.

Untuk menghasilkan terbukanya malam yang diberkahi ini, Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin juz I halaman 242 mengatakan, "Dan Lailatul Qadar itu sebutan untuk suatu malam yang terbuka dengan nyata padanya sesuatu dari Alam Malakut, dan ia itulah yang dimaksud dalam firman Allah, 'Sesungguhnya Aku turunkan dia pada malam kemuliaan'. Barang siapa meletakkan di antara hati dan dadanya kantung makanan (artinya memenuhi perutnya), ia terdinding darinya. Dan orang yang mengosongkan perut besarnya pun belum mencukupi baginya untuk mengangkat hijab sebelum dikosongkannya gerak hatinya dari segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla."

Dalam rangka menyambut kehadiran Lailatul Qadar itu, yang Nabi SAW ajarkan kepada umatnya antara lain adalah melakukan i'tikaf di masjid. Walaupun dapat dilakukan kapan saja dan dalam waktu berapa lama saja (bahkan ada yang mengatakan, walaupun hanya sesaat selama dibarengi niat yang suci), beliau selalu melakukannya pada sepuluh hari terakhir bulan puasa. Di sanalah beliau bertadarus dan merenung sambil berdoa.

Lailatul Qadar yang ditemui atau yang menemui Nabi SAW pertama kali adalah ketika beliau menyendiri di Gua Hira, merenung tentang diri beliau dan masyarakat. Ketika jiwa beliau telah mencapai kesuciannya, turunlah ar-Ruh (Malaikat Jibril) membawa ajaran dan bimbingan kepada beliau, sehingga tejadilah perubahan total dalam perjalanan hidup beliau, bahkan perjalanan hidup umat manusia. Jadi, kalau kita ingin mendapatkan perubahan yang lebih baik dalam kehidupan kita, marilah kita manfaatkan kehadiran malam mulia ini sebaik-baiknya.

Sufyan ats-Tsauri berkata, "Berdoa pada Lailatul Qadar lebih aku sukai daripada shalat." Ia berkata pula, "Apabila seseorang membaca Al-Quran, berdoa, serta meningkatkan doanya kepada Allah, mudah-mudahan dia memperoleh waktu mustajab." Yang dimaksudkan oleh Sufyan dengan "berdoa lebih aku sukai daripada shalat" adalah, shalat yang banyak mengandung doa di dalamnya lebih baik daripada shalat yang kurang doa di dalamnya. Dan jika seseorang melakukan shalat dan berdoa, itu dipandang lebih baik.

Rasulullah SAW bertahajjud di malam-malam bulan Ramadhan dan membaca Al-Quran dengan tertib. Beliau tidak melalui ayat rahmat, melainkan memohon kepada Allah. Tidak melalui ayat azab, melainkan mohon perlindungan kepada-Nya. Beliau mengumpulkan shalat, qiraat, doa, dan tafakur. Inilah amalan-amalan istimewa dalam puluhan yang akhir di bulan Ramadhan, di samping amalan-amalan yang lain.

Telah jelas bahwa sangat disukai kita memperbanyak doa pada Lailatul Qadar. Meskipun tidak ada keterangan tunggal dan pasti mengenai kapan terjadinya Lailatul Qadar (artinya pada tanggal berapa di antara malam-malam Ramadhan ia muncul) penjelasan-penjelasan dalam hadits dan pendapat ulama memberikan banyak informasi tentang saat-saat yang diduga kuat terjadi¬nya Lailatul Qadar. Maka pada malam-malam yang kita duga merupa-kan Lailatul Qadar, kita dianjurkan untuk banyak memohon ampunan dan berdoa. Banyak doa yang dapat kita baca di malam itu, di antaranya doa-doa yang di bawah ini.

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Aisyah, Rasulullah mengajarkan kepadanya doa yang diucapkan pada Lailatul Qadar:
Doa Lailatul Qadar1
"Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Pemaaf, Engkau menyukai kemaafan. Maka maafkanlah aku."

Atau jika menginginkan yang lebih lengkap lagi, dapat membaca doa ini:
Doa Lailatul Qadar2
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Mahamulia, Engkau suka memaafkan. Maka maafkanlah aku. Ya Allah, aku mohon kemaafan dan afiat, serta perlindungan yang tetap dalam urusan agama, dunia, dan akhirat."

Ini adalah suatu doa yang jami' (yang lengkap) yang amat indah, yang harus dipelihara baik-baik, karena doa ini melengkapi kebaikan dunia dan akhirat. Dalam Hasyiyah al-Jalalain, Ash-Shawi berkata. "Doa yang paling baik pada malam itu ialah memohonkan kemaafan dan kearifan sebagaimana yang telah diterima dari Nabi SAW." Berkata pula Ibnu Rajab, "Afuww (Maha Pemaaf - dalam doa di atas) adalah satu nama dari nama-nama Allah."

Dia menyukai kemaafan. Dia menyukai para hamba yang bermaaf-maafan, supaya Allah memaafkan mereka. Allah lebih suka memaafkan daripada menyiksa. Karena itu, baik di malam Lailatul Qadar maupun di waktu kapan saja, kita dianjurkan untuk membaca doa ini:
Doa Lailatul Qadar3
"Aku berlindung dengan keridhaan-Mu, dari kebencian-Mu (dari kemarahan Engkau), dan dengan kemaafan-Mu dari siksaan-Mu"

Yahya bin Mu'adz berkata, "Andai kata bukan maaf yang paling disukai Allah, tentulah tidak ditimpakan cobaan atas orang-orang yang mulia di sisi-Nya. Allah banyak melimpakan cobaan kepada wali-wali-Nya untuk kelak dimaafkan-Nya."

Dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas disebutkan, Nabi bersabda, "Sesungguhnya Allah melihat pada Lailatul Qadar kepada orang-orang mukmin dari umat Muhammad, lalu mereka dimaafkan dan dirahmati-Nya, kecuali empat orang, yaitu: peminum arak, pendurhaka kepada ibu-bapak, orang yang selalu bertengkar, dan orang yang memutuskan silaturahim".

Doa lain yang dapat kita baca di malam mulia ini adalah sebagai berikut:
Doa Lailatul Qadar4

"Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan , maka ampunilah aku. Aku memohon ampunan-Mu, wahai Yang Maha Pengampun, dalam kehidupan, dalam ke-matian, aku juga memohon ampunan- Mu, dalam kubur aku juga memohon ampunan-Mu, ketika dibangkitkan aku juga memohon ampunan-Mu, ketika di berikan lembaran amal aku juga memohon ampunan-Mu, di hari kiamat aku juga memohon ampunan-Mu, ketika sidang perhitungan amal aku juga memohon ampunan-Mu, dalam semua keadaan aku juga memohon ampunan-Mu, wahai Yang Maha Pengampun, aku memohon ampunan-Mu."

Sebagian dari ulama mutaqaddimin (ulama-ulama masa lalu) dalam doanya mengucapkan:
Doa Lailatul Qadar5

"Wahai Tuhanku, sesungguhnya dosaku sungguh sangat besar, tidak dapat disifatkan lagi. Dan sesungguhnya dosaku itu kecil di sisi kemaafan- Mu. Maka maafkanlah aku."

Yang lain lagi dalam doanya mengatakan:
Doa Lailatul Qadar6
"Dosaku sangat besar dan kemaaf- an-Mu sangat banyak. Maka kumpul¬kanlah dosaku dengan kemaafan-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah" Yang dimaksud "kumpulkanlah" ialah agar dosanya dihapuskan.

Rasulullah SAW menyuruh kita meminta kemaafan pada Lailatul Qadar selain meningkatkan amal ibadah kepada-Nya. Di malam-malam puluhan yang akhir, orang-orang yang  arif dan bijak, walaupun meningkatkan amal ibadahnya, tidak memandang bahwa ibadahnya telah banyak, dan selalu memohon kemaafan.

Yahya bin Mu'adz berkata, "Bukan orang yang arif orang yang tujuan amalannya bukan untuk memperoleh kemaafan dari Allah." Mutharrif mengatakan, "Wahai Tuhanku, ridhailah kami. Jika Engkau tidak meridhai kami, maafkanlah kami."

Sekurang-kurang Qiyam Lailatul Qadar
Telah diterangkan oleh An-Nawawi pendapat As-Shan'ani tentang apa yang harus kita lakukan sekurang-kurangnya supaya kita dipandang telah mengerjakan qiyam Ramadhan. Setidak-tidaknya pada Lailatul Qadar kita mengerjakan shalat Subuh dan Isya dengan berjamaah. Diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Barang siapa melakukan shalat Maghrib dan Isya dengan berjamaah, ia telah mengambil bagiannya yang sempurna dari Lailatul Qadar."

Diriwayatkan pula, Nabi SAW bersabda, "Barang siapa shalat Isya dengan berjamaah, seolah-olah ia telah berdiri pada sebagian malam. Dan apabila ia shalat Subuh dengan berjamaah pula, seakan-akan ia telah berdiri separuh malam lagi."

Dan seyogyanyalah diperbanyak membaca dzikir di bawah ini, mengingat hadits "Barang siapa yang membaca:
Doa Lailatul Qadar7
Tiada Tuhan melainkan Allah, yang sangat besar kemurahan-Nya lagi sangat pemurah. Mahasuci Allah, Yang memiliki tujuh lapis langit dan Yang memiliki ‘Arsy, yang amat besar". sebanyak tiga kali, seolah-olah ia telah mendapatkan Lailatul Qadar."

Karenanya, hendaklah kita membaca dzikir itu setiap malam, yang diharapkan merupakan Lailatul Qadar, dengan hati yang seikhlas-ikhlasnya, dari lubuk jiwa yang suci, penuh dengan rasa ketauhidan, suci dari kecemaran syirik dan dari segala maksiat.

Lalu, apakah pahala ibadah di malam hari itu hanya bagi mereka yang beribadah dan melihat tanda-tanda itu? Kebanyakan ulama menetapkan bahwa pahala ibadah tetap diperolehnya walaupun tanda-tanda tidak dapat dilihatnya. Jadi, barang siapa beribadah malam di seluruh Ramadhan atau di puluhan yang akhir karena iman dan ikhlasnya, dengan maksud memperoleh Lailatul Qadar, ia memperoleh pahala Lailatul Qadar, walaupun tidak melihat tanda apa pun.

Pengarang kitab Al-Hawi mengatakan, "Disukai, bagi mereka yang melihat tanda-tanda Lailatul Qadar, supaya menyembunyikannya. Dan di kala melihat itu, hendaklah terus berdoa dengan sungguh-sungguh, ikhlas, dan khusyu', dengan doa apa saja yang di-gemarinya, baik urusan dunia maupun akhiratnya, dan hendaklah ia berdoa untuk akhiratnya lebih banyak dan lebih kuat daripada untuk dunianya."

Juwaibir mengatakan kepada Adh-Dhahhak, "Bagaimana pendapatmu tentang perempuan yang sedang nifas, perempuan yang sedang haid, orang yang sedang dalam perjalanan, dan orang yang sedang tidur nyenyak, apakah mereka mendapat bagiannya pada Lailatul Qadar itu?"

Adh-Dhahhak menjawab, "Semua mereka mendapatkannya, diberikan bagiannya dari Lailatul Qadar oleh Allah, Yang Rahman dan Rahim."

Istighfar-istighfar Imam Ahmad Ar-Rifa'i
Karena pada Lailatul Qadar kita dianjurkan banyak berdoa dan memohon ampun, berikut ini kami kutipkan pula dua istighfar yang disusun oleh Imam Ahmad Ar-Rifa'i, seorang sufi besar dari Mesir dan pendiri Tarekat Rifa'iyah.
Doa Lailatul Qadar8
"Aku memohon ampun kepada Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia, yang Maha hidup lagi senantiasa mengurus hamba-Nya; dan aku bertaubat kepada-Nya dari segala dosa yang aku perbuat, sengaja maupun tidak sengaja, rahasia (tidak diketahui orang) atau terang-terangan, yang aku ketahui atau yang aku tidak ketahui. Sesungguhnya Dia mengetahui dan aku tidak mengetahui, dan dia Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib, Maha Menghapuskan dosa-dosa, Maha Menutupi aib, dan Maha Menghilangkan kesusahan. Dan tidak ada daya dan upaya melainkan dengan izin Allah, Yang Mahatinggi lagi Maha agung."

Demikian keterangan tentang doa doa lailatul qadar semoga membawa kemanfaatan bagi kita semua. Amiin.                                                       

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

 
Support : Privacy Policy | Disclaimer
Copyright © 2013. kajian islam - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger